Abdur
Rauf Singkil mempunyai nama asli Abdur Rauf Al-Fansuri. Ulama besar ini
lahir di kota Singkil, Aceh. Beliau adalah orang yang pertama kali
memperkenalkan dan mengembangkan Tarekat Syatariyah di Indonesia.
Karya-karya beliau terdiri dari berbagai bidang ilmu, antara lain ilmu
tafsir, ilmu hadits, ilmu fikih, dan ilmu tasawuf. Kitab tafsir pertama
yang ada di Indonesia adalah kita tafsir buah karya Abdur Rauf.
Beliau
mempelajari ilmu agama di Arab pada tahun 1640 M sampai tahun 1661 M.
Ketika itu, Aceh di bawah pimpinan seorang Sultanah (Ratu) yang bernama
Safiatuddin Tajul Alam. Yang berkuasa dari tahun 1641 - 1675 M. Ketika
mengembara menuntut ilmu, beliau sering singgah di pusat-pusat
pendidikan yang dijumpainya di sepanjang perjalanan antara Kota Yaman
dan Mekah. Kemudian Abdur Rauf Singkil tinggal di Mekah dan Madinah
untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama. Ilmu Tarekat Syatariyah beliau
pelajari dari Ibrahim Al-Qur'ani dan Ahmad Qusasi pada tahun 1583 -
1661 M. Agar dapat menurunkan ilmu tarekat tersebut kepada orang lain,
beliau mempunyai ijazah dari Arab sebagai tanda hak untuk mengajar.
Sekembalinya
dari pengembaraannya menuntut ilmu, beliau segera mengajarkan dan
mengembangkan ilmu tarekat ini di daerah Aceh. Perkembangan selanjutnya,
murid-murid Abdur Rauf tidak sebatas dari Aceh. Murid-murid beliau
begitu banyak berasal dari seluruh penjuru Nusantara. Ilmu tarekat yang
diajarkan oleh Abdur Rauf bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran
terhadap adanya Allah swt. di dalam hati sanubari. Dari murid-murid yang
berguru kepadanya ada yang menjadi seorang ulama terkenal, misalnya
Burhanuddin Ulakan dari Pariaman, Sumatra Barat. Dalam kegiatan
menyebarkan agama, Abdur Rauf Singkil banyak singgah di berbagai tempat
di Sumatra dan Jawa.
Jabatan pemerintahan yang pernah beliau
sandang adalah sebagai mufti di kerajaan Aceh yang ketika itu diperintah
oleh Sultanah Safiatuddin Tajul Alam. Prestasi yang beliau torehkan
adalah berhasil menumpas aliran Salik Buta, yaitu sebuah ajaran tarekat
sesat yang ada di masyarakat Aceh.
Hasil karya Abdur Rauf Singkil
yang berupa tulisan berjumlah lebih dari 21 buah terdiri dari
kitab-kitab tafsir, hadits, fikih, tasawuf, dan kitab lainnya. Kita
tafsir berbahasa Melayu yang pertama ada di Indonesia merupakan buah
karyanya yaitu Turjuman Al-Mustafid (Terjemah Pemberi Faedah).
Kitab tafsir karya Abdur Rauf lainnya adalah Mir'at At-Tullab fi Tahsil Ma'rifah Ahkam Asy-Syar'iyyah li Al-Malik Al-Wahhab (cermin
bagi penuntut ilmu fikih pada memudahkan mengenal segala hukum syarak
Allah). Kitab ini berisi tentang berbagai persoalan madzab Syafi'i yang
dijadikan sebagai panduan bagi seorang qadi. Kitab tafsir ini ditulis
atas permintaan Sultanah Safiatuddin Tajul Alam.
Hasil karya Abdur Rauf di bidang tasawuf diantaranya Umdat Al-Muhtajin (tiang orang yang memerlukan). Kifayat Al-Muhtajin (pencakup para pengemban hayat), Daqa'iq Al-Huruf (detail huruf), Bayan Tajalli (keterangan tentang tajali). Karya Abdur Rauf Singkil yang paling terkenal Umdat Al-Muhtajin. Kitab
ini terdiri dari tujuh bab yang membahas tentang dzikir, sifat-sifat
Allah dan rasul-Nya, serta asal muasal ajaran mistik. Di dalam kitab ini
pula, Abdur Rauf menceritakan riwayat hidupnya dan gurunya. Salah satu
guru yang sangat ia sanjung yaitu Ahmad Qusasi dengan menyebut gurunya
tersebut sebagai pembimbing spiritual dan guru di jalan Allah swt.
Dalam hal wujud, Abdur Rauf menganut paham bahwa satu-satunya wujud hakiki hanya Allah swt. sedangkan alam ciptaannya ini merupakan bayangannya, tetapi ada kesamaan antara kedua wujud tersebut. Tuhan menampakkan diri dalam bentuk alam.
Karena keteguhan pendirian Abdur Rauf tentang wujud Allah swt. di beberapa tulisannya tentang tasawuf, Abdur Rauf Singkil tidak sependapat dengan pengkafiran yang dilakukan oleh Nuruddin Ar-Ramiri kepada para pengikut Hamzah Fansuri dan Syamsuddin As-Sumatrani yang beraliran Wahdatul Wujud atau Wujudiyyah. Menurut Abdur Rauf, apabila tuduhan pengkafiran ini berdasar, maka orang yang menuduh bisa digolongkan kafir.
Dalam kitab Bayan Tajalli, Abdur Rauf Singkil menuliskan pemikirannya terhadap paham Wahdatul Wujud, dalam kitab ini pula ia berusaha merumuskan keyakinan terhadap ajaran Islam.
Abdur Rauf Singkil meninggal di Kuala, Aceh dan makamnya berada di kota yang sama. Sebagai tokoh agama, ia mempunyai nama lain yaitu Tengku Syiah Kuala. Nama ini diabadikan untuk nama sebuah perguruan tinggi di Banda Aceh, yaitu Universitas Syah Kuala yang berdiri pada tahun 1961.
0 komentar:
Posting Komentar